Selasa, 31 Oktober 2017

Makalah Memahami Ayat Al-Quran tentang Pendidikan Masyarakat dan Lingkungan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Allah sebagai Khalifah di muka bumi. Manusia mengemban amanat untuk membina masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bersama. Bahkan terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity). Jadi manusia sebagai makhluk individu berperan aktif bahkan wajib dalam menyelenggarakan pendidikan baik secara formal atau non formal.
Pendidikan islam dalam teori dan praktik selalu mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena pendidikan islam secara teoritikmemiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya berasal dari nalar, melainkan juga wahyu. Kombinasi ini adalah ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan firman Allah Swt. terkait dengan masalah pendidikan. Kombinasi ini adalah ciri khas  pendidikan islam yang tidak dimiliki oleh konsep-konsep pendidikan pada umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan akal dan budaya manusia.
Harusnya dengan keterjalinan antara sumber akal dan wahyu tersebut dapat menghasilkan konsep dan pemikiran pendidikan islam yang sempurna. Sebagaimana apa yang telah dilukiskan oleh sejarah peradaba islam yang pernah mencapai masa keemasannya. Hal itu dibuktikan secara historis dengan adanya upaya pengembangan konsep dan pemikiran pendidikan islam yang telah berjalan sejak dahulu dengan banyaknya karya tulis para ulama’ yang yang hingga kini sebagian besar masih dapat untuk kita temukan. Hanya saja, teori-teori pendidikan itu seakan tenggelam karena merebaknya terma-terma baru yang muncul dari barat yang ngetrend.
Karena itu, kita membutuhkan pengenalan kembali jati diri kita sebagaimana yang islam tunjukkan. Kosep-konsep islam yang istimewa haruslah kita gaungkan kembali. Karena itu adalah identitras islam yang sahalihun likulli zaman.
Diantara hal-hal yang urgen untuk dibahas adalah kajian tentang lingkungan pendidikan masyarakat. Usaha itu diantaranya dapat kita lakukan berangkat dari beberapa tafsir tarbawi atau ayat Al-Qur’an yang bertemakan pendidikan. Dari ayat-ayat Al-Qur’an  tersebut dapat kita gali kembali apa yang tersirat dan terlipat dalam Kalam Allah yang mengandung mukjizat jawami’ul kalim. Ini merupakan sebuah kebutuhan bagi kita untuk menuju ke arah pendidikan yang lebih baik dan ideal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah  ada ayat al-qur’an  yang menjelaskan tentang pendidikan masyarakat dan lingkungan pendidikan islam?
2.      Bagaimana pengertian pendidikan masyarakat dan lingkungan pendidikan islam menurut perspektif ayat al-qur’an tersebut?
3.      Bagaimana manfaat yang dapat dirasakan dalam keseharian kita dengan adanya pendidikan masyarakat serta lingkungan pendidikan islam?

C.    Tujuan Rumusan Masalah
1.      Memaparkan ayat Al-Qur’an yang  menerangkan tentang pendidikan masyarakat dan lingkungan pendidikan  islam.
2.      Menjelaskan pengertian dari pendidikan masyarakat serta lingkungan pendidikan islam yang sesuai dengan perspektif ayat Al-Qur’an.
3.      Menerapkan manfaat yang dapat dipraktekan dalam keseharian kita dengan adanya pendidikan masyarakat serta lingkungan pendidikan islam.
















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pendidikan Masyarakat
QS. Attaubah : 122
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
 “dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”.
Asbabun Nuzul
Ada riwayat dari Ikrimah, bahwa orang-orang munafik dengan nada mencemooh, mengatakan: selaka orang-orang kampong yang tidak ikut berperang dengan Muhammad! Padahal kawan-kawan Muhammad yang lain keluar menuju perkampungan untuk tujuan mengajar masyarakat. Lalu, turunlah ayat ini. Memperhatikan latar belakang kronologis turunnya ayat tersebut dapat dikemukakan bahwa perang dan menyebarkan ilmu sama pentingnya, dan mengajarkan ilmu atau mencari ilmu merupakan bagian dari “Jihad fi Sabilillah”.
Menurut penuturan Ibnu Katsir, ayat ini me-nasakh ayat sebelumnya yaitu ayat 41 dan ayat 120 dalam surat yang sama, yang menjelaskan tentang hukum ikut berperang bersama Rasulullah. Dalam kedua ayat tersebut ditetapkan kewajiban berperang itu sifatnya “’ainy” yang mesti diikuti oleh segenap kaum muslimin. Dengan turunnya ayat 122 ini, kewajiban berperang menjadi hanya "Fardhu Kifayah".

Qs.Al-Hujurat : 13
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulai diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah yang Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
Asbabun Nuzul
Ibnu al-Mundzir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Mulaikah: Ketika Fath Makkah, Bilal naik ke atas Ka‘bah dan mengumandangkan azan. Sebagian orang berkata, “Budak hitam inikah yang azan di atas punggung Ka‘bah?” Yang lain berkata, “Jika Allah membencinya, tentu akan menggantinya.” Lalu turunlah ayat ini. [1] Abu Dawud dan al-Bayhaqi meriwayatkan dari az-Zuhri, ia berkata: Rasulullah saw. menyuruh kaum Bani Bayadhah untuk mengawinkan salah seorang wanita mereka dengan Abu Hindun. Dia adalah tukang bekam Rasulullah saw. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, pantaskah kami mengawinkan putri-putri kami dengan maula kami?” Lalu turunlah ayat kami. [2]
Meskipun berbeda-beda, kedua  asbabun nuzul ini mengisyaratkan bahwa ayat ini turun sebagai larangan memuliakan atau melecehkan manusia berdasarkan keturunan, kesukuan, maupun kebangsaan.
Tafsir Ayat
Allah Swt. berfirman: Yâ ayyuhâ an-nâs innâ khalaqnâkum min dzakar wa untsâ (Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan). Al-Jazairi menyatakan, seruan ini merupakan seruan terakhir dalam surat al-Hujurat. Dibandingkan dengan seruan-seruan sebelumnya yang ditujukan kepada orang-orang beriman, seruan ini lebih umum ditujukan kepada seluruh manusia ( an-nâs ). Pertama: Allah Swt. mengingatkan manusia tentang asal-usul mereka; bahwa mereka semua adalah ciptaan-Nya yang bermula dari seorang laki-laki dan seorang perempuan ( min dzakar wa untsâ ). Menurut para mufassir, dzakar wa untsâ Ini maksudnya adalah Adam dan Hawa. Seluruh manusia berpangkal pada bapak dan ibu yang sama, karena itu kedudukan manusia dari segi nasabnya pun setara. Konsekuensinya, dalam hal nasab, mereka tidak boleh saling membanggakan diri dan merasa lebih mulia daripada yang lain.
Waja‘alnâkum syu’ûb[an] wa qabâ`il[an] lita’ârafû (dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal). Kata syu‘ûb (jamak darisya‘b ) dan qabâ'il (jamak dari qabîlah ) merupakan kelompok manusia yang berpangkal pada satu orangtua (keturunan). Sya‘b adalah tingkatan paling atas, seperti Rabi‘ah, Mudhar, al-Aws, dan al-Khajraj. Tingkatan di bawahnya adalah qabîlah , seperti Bakr dari Rabi‘ah, dan Tamim dari Mudhar. [10] Ke bawahnya masih ada empat tingkatan, yakni: al-imârah , seperti Syayban dari Bakr, Daram dari Tamim, dan Quraysy; al-bathn , seperti Bani Luay dari Qurays, Bani Qushay dari Bani Makhzum; al-fakhidz, seperti Bani Hasyim dan Bani
Inna akramakum ‘inda Allâh atqâkum.
Mengenai batasan takwa, menurut pendapat yang dikutip al-Khazin, ketakwaan adalah ketika seorang hamba menjauhi larangan-larangan; mengerjakan perintah-perintah dan berbagai keutamaan; tidak lengah dan tidak merasa aman. Jika khilaf dan melakukan perbuatan terlarang, ia tidak merasa aman dan tidak menyerah, namun ia segera mengikutinya dengan amal kebaikan, menampakkan tobat dan penyesalan.[17] Ringkasnya, takwa adalah sikap menetapi apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarang.
Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya: Inna Allâh ‘alîm[un] khabîr[un] (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal). Penyebutan dua sifat Allah Swt. di akhir ayat ini dapat mendorong manusia memenuhi seruan-Nya. Dengan menyadari bahwa Allah Swt. mengetahui segala sesuatu tentang hamba-Nya, lahir-batin, yang tampak maupun yang tersembunyi, akan memudahkan baginya melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

QS. Ali-Imran : 110
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١١٠

“kamu (umat islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab berfirman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”


Kaitan dengan Ayat Sebelumnya
a.       Ayat sebelumnya (3:105) menyerukan agar mukmin jangan meniru orang yang berpecah belah, sebab bakal menimbulkan kesedihan di akhirat kelak (Qs.3:106-107). Oleh karena itu hendaklah membangun umat yang setiap anggotanya menjalankan tugas sesuai bagian masing-masing sebagaimana diserukan pada ayat 104. Ayat 110 ini mengungkapkan bahwa umat yang tampil di depan manusia menjalankan amar ma’ruf nahy munkar berdasar iman, merupakan umat yang terbaik, umat yang terpilih.
b.      Ayat sebelumnya mengecam ahl al-Kitab yang bercerai berai dalam menanggapi diutusnya Nabi Muhammad SAW. ayat selanjutnya menjamin, jika ahl al-Kitab itu beriman, maka akan menjadi umat yang terbaik pula.
Tinjauan Historis
Diriwayatkan bahwa Malik bin al-Dayif dan Wahb bin Yahudza yang keduanya keturunan yahudi berkata kepada Ibn Mas’ud, Mu`adz bin Jabal dan Ubay bin Ka’b ﺩﻳﻨﻨﺎ ﺧﻴﺮ ﻣﻤﺎ ﺗﺪﻋﻮﻧﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻧﺤﻦ ﺍﻓﻀﻞ ﻣﻨﻜﻢ agama kami lebih baik dari agama yang kalian da’wahkan, bangsa kami lebih unggul di banding kalian . Tidak lama kemudian turunlah Qs.3:110 ini sebagai bantahan terhadap mereka. [1] Umat yang terbaik, setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebqagai rasul, bukanlah yahudi atau nahrani, tapi umat Islam.

QS. Al-Mujadalah : 11
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
“ wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘berilah kelapangan didalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
SOPAN SANTUN ( ETIKET ) SUATU MAJLIS
Tentu saja berkerumunlah shahabat-shahabat Rasulullah saw. mengerumuni beliau karena ingin mendengar butir-butir dan nasehat dan bimbingan beliau. Dan apabila masyarakat itu kian berkembang kian banyaklah majlis tempat berkumpul membincangkan hal-hal yang penting . Tentu saja majlis demikian kadang-kadang rnenjadi sesak dan sempit , karena banyaknya orang yang duduk . Dan kadang-kadang orang yang terlebih dahulu masuk mendapat tempat duduk yang bagus sedang yang datang kemudian tidak dapat masuk lagi. Kadang kadang pula disangka oleh yang datang kemudian bahwa tempat buat duduk di muka sudah tidak dapat menampung orang yang baru datang lagi , sehingga yang baru datang terpaksa duduk menjauh. padahal tempat yang di dalam itu masih lapang . Kadang-kadang orang yang telah enak duduknya di dalam itu kurang enak kalau ada yang baru datang meminta agar mereka disediakan tempat. Maka datanglah peraturan dari Allah sendiri yang mengatur agar majlis itu teratur dan suasananya terbuka dengan baik

BAB III
KESIMPULAN
Lingkungan pendidikan masyarakat adalah suatu lingkungan dimana ada sekelompok masyarakat yang banyak di dalamnya berlaku suatu kesatuan visi yang telah mereka sepakati bersama. Lingkungan pendidikan masyarakat lebih luas dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Oleh karena itu pendidikan dalam  lingkungan masyarakat dapat berfungsi sebagai pelengkap (complement), pengganti(subtitute) dan tambahan (supplement) terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan yang lain.
Sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Allah sebagai Khalifah di muka bumi. Manusia mengemban amanat untuk membina masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bersama. Bahkan terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity). Jadi manusia sebagai makhluk individu berperan aktif bahkan wajib dalam menyelenggarakan pendidikan baik secara formal atau non formal.
Dalam fungsinya sebagai makhluk sosial( homo socius), manusia dalam kehidupanya senantiasa berhubungan dan memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia tidak mungkin bisa hidup secara layak tanpa berinterksi dengan lingkungan masyarakat dimana mereka berada.
Kedudukan masyarakat dalam perspektif filsafat pendidikan Islam yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Masyarakat islam adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi di dalamnya.
b.       Masyarakat adalah subyek yang menilai keberhasilan pendidikan.
c.       Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar di berbagai lingkungan.
d.      Masyarakat adalah ujian yang paling sulit bagi aplikasi-aplikasi pendidikan
e.       Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan
f.       Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan, karena norma-norma individu berproses menjadi norma sosial dan norma sosial yang disepakati dalam masyarakat merupakan puncak estetika kehidupan. Tanpa ada norma sosial yang disepakati, sesungguhnya kehidupan tidak indah.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPT Media Pembelajaran

PPT Media Pembelajaran silahkan klik disini